Unpredictable Future
Assalamualaikum wr. Wb.
Oya,buat temen-temen yang tahun ini lulus dari SMA bulan ini pasti masa-masa paling mendebarkan
buat kalian ya.. mulai dari persiapan UN, SNMPTN, SBMPTN, dll.
Pasti tidak sedikit dari temen-temen yang merasa tertekan
dengan semua ritual itu. mulai dari les di sekolah, les di bimbel, bahkan
sampai ada diantara kalian yang hanya tidur 3 jam dalam sehari.
Kalian melakukan usaha semaksimal mungkin agar bisa diterima
di universitas favorit dengan SNMPTN sebagai pintu utama penerimaan mahasiswa saat
ini dimana metodenya berdasarkan nilai raport dan UN. Dalam hal ini berlaku hukum
probabilitas dimana pasti ada siswa yang diterima dan tidak sedikit yang harus rela ditolak mentah-mentah.
Mungkin tidak sedikit dari kalian berpikir dunia ini
terkadang tidak adil. Kalian merasa sudah berusaha semaksimal maksimal tapi
ternyata.. hasilnya diluar ekspektasi. Dan kalian harus bekerja keras lagi
untuk mempersiapkan SBMPTN (pintu kedua), dan hasilnya lagi-lagi masih belum
sesuai harapan. Lagi-lagi kalian harus bekerja keras untuk jalur selanjutnya
dan hasilnya masih nihil. Padahal kalian tahu hanya punya waktu yang sangat terbatas.
Kalian harus segera memutuskan untuk lanjut kuliah atau bekerja. Akhirnya
dengan berat hati kalian memutuskan
untuk kuliah di Universitas yang tidak pernah sekalipun terbersit dipikiran
kalian.
Buat teman-teman yang mengalami hal itu, ana punya cerita
yang penuh inspirasi dosen SPT ana namanya Bu Sarah..
Begini ceritanya..
Pada suatu pagi pertama masuk kuliah makul SPT, kami merasa
belum terlambat, tetapi apa yang kami lihat.. dosen sudah stand by di kelas
menunggu kami. Kontan saja kami langsung berhamburan masuk ke kelas tentunya
dengan salam terlebuh dahulu. (typical anak UIN sejati.. asyek)
Setelah dirasa semua mahasiswa sudah masuk semua, beliau
mulai membuka kuliah pagi itu dengan menyampaikan kontrk kuliah dan sekedar
basa basi menyebut nama dan alamat beliau tapi ada yag janggal dari perkenalan itu.
Kami semua saling bertatapan merasakan hal yang sama, iya beliau tidak
menyampaiakan riwayat pendidikan beliau seperti kebanyakan dosen yang
lain. Hingga salah satu teman kami
menanyakan tentang hal itu dan kau tahu bagaimana reaksinya saat menyampaikan almamater
tempat kuliahnya dulu, begitu santai dan tanpa rasa bangga yang berlebihan
padahal beliau S2nya di IPB dengan beasiswa penuh. Kami semua hanya bisa terdiam
seribu bahasa menyadari bahwa dosen yang manis itu alumni IPB salah satu
universitas bergengsi di Indonesia.
“Saya sebenarnya tidak akan memberitahu orang lain dimana
saya kuliah kalau saya tidak ditanya terlebih dahulu” katanya dengan penuh
kerendahan hati.
Sungguh luar biasa beliau di mata saya. Beliau terlihat
selalu memiliki semangat yang tak pernah padam, selalu punya ambisi, dan otak
yang cerdas tentunya. Sejak pertemuan itu tak henti-hentinya beliau selalu
memberi motivasi kepada kami untuk
berusaha lebih keras dari siapapun.
“Tak peduli dimana kalian kuliah tapi bagaimana kalian kuliah”
Itu kata-kata terbaik yang pernah kudengar semenjak aku
putus harapan tentang jalan hidupku. Pada awanya aku berpikir kata-kata itu
beliau dapatkan dari seorang motivator profesional sekelas Mario Teguh atau
sebangsanya. Tapi ternyata dugaan kami seratus persen salah. Beliau mengatakan
mendapat kata-kata itu dari seorang penyiar radio. Iya, seorang penyiar radio.
Dimana pada saat itu beliau juga mengalami hal yang sama, merenungi nasib
kuliah yang tidak sesuai harapan.
Dari motivasi itu hidup beliau dimulai dan menciptakan
banyak hal menakjubkan terjadi karenannya bukan hanya untuk diri beliau sendiri
tapi juga untuk orang lain disekelilingnnya.
Terkadang kita tak perlu mencari jauh-jauh sebuah motivasi
dan tak dapat dipungkiri bahwa terkadang motivasi yang dapat mendarah daging
itu bisa datang dari mana saja dan dari arah yang tidak disangka-sangka.
Wassalamualaikum wr. Wb.
Salam lestari!!!
Salam konservasi
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda