Selasa, 19 Mei 2020

Our New Evolution

Well, sepertinya wabah ini memaksa kita untuk berevolusi. 

REUTERS/Mario Anzuoni


Para ahli banyak yang mengatakan jika bonus demografi akan dialami oleh masyarakat Indonesia pada tahun 2020 sa,mpai 2030. Populasi penduduk produktif meningkat, namun sekarang hampir seluruh pekerja diliburkan. Banyak warga yang kehilangan pekerjaan. Kenyataan bahwa sekarang kita dihadapkan pada kondisi yang tidak pasti. Memaksa kita untuk "berdamai dengan COVID-19" menurut Jokowi.  Dunia pendidikan, industri, UMKM, dan hampir semua sektor terkena imbas dari wabah ini. Manusia dipaksa untuk hidup berdampingan dengan COVID-19, karena hingga saat ini belum ditemukan vaksin. Hingga beredar isu-isu seperti herd imunity yang jika kita memaksakan diri untuk menerapkannya bukan tidak mungkin satu generasi akan musnah. Melihat fakta di lapangan, penanganan COVID-19 di Indonesia terlihat sangat lamban dan lemah dalam pengawasan. H-4 menjelang lebaran, banyak beredar pemberitaan, warga memenuhi pasar dan bandara luar biasa padat. Di satu sisi, saat ini banyak sekali warga yang terlihat sehat padahal sebenarnya carrier. Pertanyaannya adalah bagaimana kita bisa hidup berdampingan, jika resikonya adalah kematian? Hidup berdampingan hanya bisa terwujud manakala tren kasus menurun dan telah ditemukan vaksin. Jika belum ditemukan, hidup berdampingan sama dengan bunuh diri. 

Akan seperti apa, kehidupan kita selama COVID-19 belum berakhir? Ada beberapa perubahan dalam waktu cepat yang telah dialami manusia pada masa-masa sulit ini. Dunia pendidikan pun berubah, biologi yang notabennya banyak praktikum diganti menjadi praktikum online. Kuliah dilakukan secara daring. Akan aku cari tau lagi info detail, tentang seberapa banyak lagi perubahan yang harus kita terima dan imbangi dalam waktu cepat. Kita dituntut untuk bergerak cepat, karena virus ini tidak memberi celah bagi kita untuk menyerah. Menyerah berarti tidak bisa beradaptasi. Tidak bisa beradaptasi berarti akan terseleksi. 

Terseleksi adalah kata kunci dalam proses evolusi satu alasan kenapa ada makhluk yang punah dan ada makhluk yang selamat. Buku-buku biologi banyak berkisah tentang proses evolusi sebagai alasan kenapa sekarang hanya makhluk yang bisa survive mampu menghuni bumi. Dulu kita mempelajari contoh evolusi atas Dinosaurus. Konon katanya, hasil perubahan dramatis dari hewan air serupa ikan menjadi hewan berkaki empat penguasa daratan. Namun, hewan berkuasa itu akhirnya binasa, sementara katak (Anura) berhasil bertahan hidup sampai saat ini. Kira-kira kenapa bisa begitu? Contoh lain yang paling terkenal adalah evolusi burung finch yang merupakan contoh bentuk evolusi geografis. Ada banyak jenis evolusi, menurut Campbell, evolusi bisa terjadi pada materi genetik, spesies, populasi, behavior dan ekosistem.

Saat ini yang menjadi sorotan adalah evolusi populasi manusia. Adanya pandemi menjadikan manusia berubah. Kelak atau bahkan saat ini saja pelukan, salaman dan berdekatan dengan orang lain menjadi sesuatu hal yang harus dijauhi. Awalnya sulit, orang -orang masih banyak berkerumun di tempat umum seperti pasar hanya untuk membeli baju. Nanti, tradisi lebaran yang identik dengan bersalaman, berkunjung ke rumah saudara, hanya akan menjadi kenangan. Kita sekarang memasuki fase baru yang menginginkan kita untuk menghentikan semua kebiasaan lama. Fase baru dimana kita diselimuti ketakutan dan kekhawatiran pada keberadaan orang lain. 

Aku merasa akan terjadi perubahan besar-besaran dalam kehidupan kita. Hidup kita tidak akan sama lagi seperti kemarin. Akan ada banyak kata mungkin, bertebaran dimana-mana. Juga tidak ada jaminan pakem atas apa yang sebenarnya tengah terjadi. Peneliti dari berbagai negara berlomba-lomba menemukan vaksin dan mempelajari pola serangan virus SARS-Cov-2. Walaupun saat ini, belum ada satupun lembaga riset yang berani mengatakan kapan pandemi COVID-19 benar-benar hilang. Bahkan, ada yang bilang virus ini akan menjadi endemik di seluruh dunia yang berarti kita akan hidup bersama dengannya, selamanya. 
Tingkat mutasi virus yang cepat, data persebaran yang tidak transparan, menjadi hambatan para peneliti untuk mempelajari virus ini. Kita harus bergerak cepat dan tegas menghadapi kondisi ini. 

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda