Kamis, 25 Februari 2021

Anggap Saja Angin lalu

 Membutuhkan banyak waktu bagi orang sepertiku untuk berhasil sampai titik dimana, aku bisa bangga dengan mengatakan bahwa sekarang aku sedikit mengerti pola permainan ini. Bahkan jika mengamati perjalananku sebelumnya, bukankah selama ini hanya kupenuhi dengan penyangkalan dan pelarian. Memang bukan hal mudah untuk menyadari apa yang terjadi dalam pikiranku apalagi saat dipenuhi dengan perasaan rendah diri. 

Banyak kejadian telah terjadi selama hampir 2 bulan terakhir. Memang tidak semuanya kutulis disini, karena kurasa polanya sama. Kejadian yang repetitive. Jadi kuputuskan akan bersabar dan mencari setitik jalan terang terlebih dahulu sebelum kuceritakan padamu, apa yang sebenarnya kurasakan. Selama dua bulan itupun pikiran untuk pergi ke psikolog, juga masih sering muncul dibenakku. Namun setelah kupikirkan sekali lagi, aku mampu mengatasi perasaanku jadi kuurungkan niatku. Asal tahu saja, psikolog hanya akan mendengarkan ceritamu dan sedikit membantu memetakan masalahmu, agar kau bisa berpikir secara objektif. Saat menengok kembali bagaimana selama ini aku menghadapi setiap masalah. Alhamdulillah aku masih kuat dan mampu memetakan apa yang sebenarnya terjadi. Jadi sepertinya pergi ke psikolog dan mengasihani diri sendiri bukan hal yang bijak. 

Aku telah memutuskan untuk menerima perasaan sedih yang tiba-tiba datang padaku dan bukannya menolak seperti sebelumnya. Perasaan itu ingin berbicara padaku, jadi kuputuskan untuk menemaninya sampai dia merasa lega dengan sendirinya.Penyangkalan bahwa perasaanmu tidak baik dengan berpura-pura bahagia apalagi sampai berteriak-teriak menyanyikan lagu, tidak akan menghasilkan apapun kecuali kekosongan yang lain. 

Kemarin aku menyadari satu hal. Bahwa sebenarnya setiap masalah yang datang dalam hidup kita bisa diubah sesuai persepsi kita sendiri. Aku sering sangat merasa sedih untuk hal-hal yang seharusnya tidak perlu mendapat perhatian lebih. Bukan fokus utama untuk merasa sedih pada masalah kecil itu, masih ada tujuan besar yang harus dicapai daripada terus terpaku pada hal remeh temeh. Memang bukan perkara mudah untuk menyadari pola ini, bahkan aku sering terjebak dalam siklus yang sama ketika dihadapakan pada persoalan yang serupa. Hasilnya aku membutuhkan waktu hampir sehari atau untuk bahkan seminggu hanya untuk menenangkan diri. Cukup membuang-buang waktu kan? Harusnya aku bisa lebih produktif ketika aku lebih cepat menyadari bagaimana aku harus bersikap dengan keadaan tersebut. Peluang untuk tiduran di kasur, menangis, dan merasa tak berguna akan lebih berkurang. 

Seperti pengendara yang berhak fokus pada tujuan mereka. Apapun yang terjadi di jalan tak akan membuat mereka berhenti hanya karena ada sedikit kerikil di jalan atau pengendara lain yang memaki-maki.

Mereka tak akan membuat kerikil itu menjadi batu besar yang menghalangi jalannya. Mereka bisa menganggap kerikil itu sebagai sesuatu yang tidak terlalu penting namun juga bisa berbahaya jika tidak hati-hati. Begitu juga dengan pengendara lain di jalan, segala ucapan pengendara lain saat berkendara yang bisa saja berisi makian atau sindiran tidak akan mereka pikirkan berulang-ulang. Seolah-olah hanya karena kejadian itu mereka akan merasa tidak berguna. Tidak pengendara yang  baik akan berpikir untuk evaluasi diri dan tidak terlalu mengambil hati atas apa yang terjadi. Jadi mereka akan lebih waspada dan peka untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Juga yang paling penting adalah mereka menyadari bahwa segala hal yang terjadi di luar kendaraan mereka bukan fokus utama pada tujuan perjalanan mereka. So, stay calm and sadari diri sendiri. Jika hal itu masih terlalu sulit, anggap saja hal-hal yang membuatmu cemas sebagai angin lalu yang layak untuk dilupakan. 

Semoga kita bisa menjadi orang yang lebih santai menghadapi hidup.

Salam bahagia :)

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda