Selasa, 16 Juni 2020

Self-harm dan Hal-Hal yang Sering Kita Sembunyikan

pinterest

Lain waktu, aku temukan dia membawa korek api kemana-mana. Ketika kutanya untuk apa korek itu, dia jawab untuk membakar jarinya. Astaga. Apa yang ada dikepala cantiknya itu. Aku tak mengerti, hingga terus aku paksa dia bercerita. Api membuatnya merasakan sakit, katanya. Ya Allah, sebenarnya apa yang berkecamuk dalam pikirannya itu. Aku hanya bilang aku sedikit ngeri melihat kelakuannya dan dia hanya menanggapinya dengan senyuman. Senyuman yang tidak dapat aku artikan dengan kata-kata.

Di lain kesempatan aku temukan dia, mengacak-acak rambutnya dan membenturkan kepala ke tembok. Ketika kutanya kenapa, jawabnya sama, dia ingin merasakan rasa sakit. Setelah melakukan hal yang tak kupahami seperti itu, dia akan menangis tanpa alasan. Bahkan, dititik paling ekstrem, seseorang dapat mematahkan tulang sendiri untuk merasakan rasa sakit. Kita bisa merasa bahwa orang-orang ini, tidak bersyukur, dan kufur nikmat. Mungkin seperti itu, pandangan sebagian masyarakat kita yang menganggap self-harm adalah aib. Namun, seseorang seperti dia adalah salah satu dari sekian juta manusia yang mengalami permasalahn psikologis. Banyak emosi yang tidak sempat ia salurkan di masa lalu. Seakan-akan emosi itu telah ditekan mati-matian dan disembunyikan rapat-rapat agar dia terlihat tangguh dan kuat di hadapan orang lain. Akibatnya, emosi yang harusnya keluar di masa lalu malah keluar di masa sekarang.

Self-harm adalah masalah psikologis yang hampir sebagian orang di seluruh dunia pernah memikirkan atau bahkan pernah melakukan. Self-harm sendiri adalah sebuah tindakan untuk mengalihkan emosi dan bukan untuk tujuan bunuh diri. Self-harm ini biasanya akan dilakukan seseorang ketika menghadapi tekanan masalah yang cukup sulit untuk diatasi sendiri. Hingga akhirnya dia tidak tahu bagaimana melampiaskan emosi itu dengan cara yang baik. Seolah-olah emosi normal telah mati dan membentuk model baru berupa pikiran atau tindakan untuk melukai diri sendiri. Pelaku self-harm sesungguhnya sadar betul dengan apa yang dia lakukan, namun dia merasa melukai diri sendiri adalah tindakan yang tepat untuk dapat lagi merasakan sakit. Melihat darah yang keluar, akan menimbulkan perasaan puas bagi pelaku. Awalnya, takut melakukan self-harm, namun semakin dicoba pelaku akan semakin memperoleh perasaan puas. Hingga tidak jarang di lengan seseorang yang sering melakukan self-harm meninggalkan bekas luka yang cukup banyak dan biasanya mereka selalu mengenakan baju lengan panjang untuk menutupi bekas lukanya. 

Self-harm bukan aib yang dibutuhkan teman-teman kita ini adalah banyak dukungan mental dari orang lain dan bukan penghakiman. Ketika kita mendapati teman kita atau bahkan diri kita sendiri pernah melakukan atau memikirkan tindakan itu, bicaralah ceritakan masalah anda pada orang yang kamu percaya. Segera mencari pertolongan dan jangan menyendiri adalah solusi untuk menghindari self-harm

Kita tidak bisa membendung perasaan masa lalu, tapi kita bisa menerimanya sebagai bagian dari diri kita hari ini. Emosi kita dahulu memang harus dikeluarkan segera agar tidak meledak hari ini dan mengganggu produktifitas kita. Kita bisa mencoba untuk kembali ke masa lalu, membayangkan peristiwa yang menyakitkan itu lagi, dan menangis untuk hal itu hari ini. Menangislah sampai rasanya sudah tidak ada lagi alasan bagimu untuk menangisi kejadian itu. 

Sekelam apapun pengalamanmu di masa lalu, ia hidup di masa lalu, dan dirimu yang sekarang adalah apa yang kamu hadapi hari ini. Ketika pengalaman itu merangsek masuk kedalam pikiranmu terima dia, dan sambutlah setiap tangis ketakutannya. Jangan menghindar tapi peluklah mereka semua sebagaimana kamu mengakui bahwa dirimu yang sekarang ada karena mereka semua. Mari peluk semua luka, usap bahu mereka, dan katakan bahwa itu tidak akan terjadi lagi. Semua telah baik-baik saja dan terus baik-baik saja. Salam hangat, untukmu yang sedang berjuang dengan masa lalu. Aku selalu disini untuk menyembuhkanmu.

 

P.S., I miss you when you feel alone

P.S., I’m with you, wherever you go

P.S., I get you, so,

P.S., come home

P.S., I love you, that’s all that I know

Label: ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda