Self-harm dan Hal-Hal yang Sering Kita Sembunyikan
Lain waktu, aku temukan dia membawa korek
api kemana-mana. Ketika kutanya untuk apa korek itu, dia jawab untuk membakar
jarinya. Astaga. Apa yang ada dikepala cantiknya itu. Aku tak mengerti, hingga
terus aku paksa dia bercerita. Api membuatnya merasakan sakit, katanya. Ya
Allah, sebenarnya apa yang berkecamuk dalam pikirannya itu. Aku hanya bilang
aku sedikit ngeri melihat kelakuannya dan dia hanya menanggapinya dengan
senyuman. Senyuman yang tidak dapat aku artikan dengan kata-kata.
Di lain kesempatan aku temukan dia,
mengacak-acak rambutnya dan membenturkan kepala ke tembok. Ketika kutanya kenapa,
jawabnya sama, dia ingin merasakan rasa sakit. Setelah melakukan hal yang tak
kupahami seperti itu, dia akan menangis tanpa alasan. Bahkan, dititik paling
ekstrem, seseorang dapat mematahkan tulang sendiri untuk merasakan rasa sakit.
Kita bisa merasa bahwa orang-orang ini, tidak bersyukur, dan kufur nikmat.
Mungkin seperti itu, pandangan sebagian masyarakat kita yang menganggap self-harm
adalah aib. Namun, seseorang seperti dia adalah salah satu dari sekian juta
manusia yang mengalami permasalahn psikologis. Banyak emosi yang tidak sempat
ia salurkan di masa lalu. Seakan-akan emosi itu telah ditekan mati-matian dan
disembunyikan rapat-rapat agar dia terlihat tangguh dan kuat di hadapan orang
lain. Akibatnya, emosi yang harusnya keluar di masa lalu malah keluar di masa
sekarang.
Self-harm adalah masalah psikologis yang hampir sebagian orang di
seluruh dunia pernah memikirkan atau bahkan pernah melakukan. Self-harm
sendiri adalah sebuah tindakan untuk mengalihkan emosi dan bukan untuk tujuan
bunuh diri. Self-harm ini biasanya akan dilakukan seseorang ketika
menghadapi tekanan masalah yang cukup sulit untuk diatasi sendiri. Hingga
akhirnya dia tidak tahu bagaimana melampiaskan emosi itu dengan cara yang baik.
Seolah-olah emosi normal telah mati dan membentuk model baru berupa pikiran
atau tindakan untuk melukai diri sendiri. Pelaku self-harm sesungguhnya sadar
betul dengan apa yang dia lakukan, namun dia merasa melukai diri sendiri adalah
tindakan yang tepat untuk dapat lagi merasakan sakit. Melihat darah yang
keluar, akan menimbulkan perasaan puas bagi pelaku. Awalnya, takut melakukan self-harm,
namun semakin dicoba pelaku akan semakin memperoleh perasaan puas. Hingga tidak
jarang di lengan seseorang yang sering melakukan self-harm meninggalkan
bekas luka yang cukup banyak dan biasanya mereka selalu mengenakan baju lengan
panjang untuk menutupi bekas lukanya.
Self-harm bukan aib yang dibutuhkan teman-teman kita ini adalah banyak
dukungan mental dari orang lain dan bukan penghakiman. Ketika kita mendapati
teman kita atau bahkan diri kita sendiri pernah melakukan atau memikirkan
tindakan itu, bicaralah ceritakan masalah anda pada orang yang kamu percaya.
Segera mencari pertolongan dan jangan menyendiri adalah solusi untuk
menghindari self-harm.
Kita tidak bisa membendung perasaan masa
lalu, tapi kita bisa menerimanya sebagai bagian dari diri kita hari ini. Emosi
kita dahulu memang harus dikeluarkan segera agar tidak meledak hari ini dan
mengganggu produktifitas kita. Kita bisa mencoba untuk kembali ke masa lalu,
membayangkan peristiwa yang menyakitkan itu lagi, dan menangis untuk hal itu
hari ini. Menangislah sampai rasanya sudah tidak ada lagi alasan bagimu untuk
menangisi kejadian itu.
Sekelam apapun pengalamanmu di masa lalu, ia hidup di masa lalu, dan dirimu yang sekarang adalah apa yang kamu hadapi hari ini. Ketika pengalaman itu merangsek masuk kedalam pikiranmu terima dia, dan sambutlah setiap tangis ketakutannya. Jangan menghindar tapi peluklah mereka semua sebagaimana kamu mengakui bahwa dirimu yang sekarang ada karena mereka semua. Mari peluk semua luka, usap bahu mereka, dan katakan bahwa itu tidak akan terjadi lagi. Semua telah baik-baik saja dan terus baik-baik saja. Salam hangat, untukmu yang sedang berjuang dengan masa lalu. Aku selalu disini untuk menyembuhkanmu.
P.S., I miss you when you feel alone
P.S., I’m with you, wherever you go
P.S., I get you, so,
P.S., come home
P.S., I love you, that’s all that I know
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda