Sabtu, 13 Juni 2020

Review: Crime and Punishment

Novel karya Dostoyevsky paling popular yang berjudul Crime and Punishment ini akan mengajak kita menyelami petualangan psikologis Raskolnikov (Rodya) yang merancang dan melakukan pembunuhan untuk mewujudkan keyakinannya akan dunia yang lebih baik dengan cara membunuh. Cukup menantang dan membuat otak berpikir keras, tentang apa sebenarnya yang sebenarnya terjadi pada kejiwaan pelaku. Dalam novel ini kita akan dikenalkan dengan istilah kasus psikologi Homicidal mania. Homicidal mania adalah suatu kasus pembunuhan yang dilakukan tanpa motif untuk mengambil harta korban bahkan pelakunya tidak mengambil sepeserpun harta korban.  Kejahatan semacam itu hanya mungkin dilakukan dalam kondisi kejiwaan yang sedang kacau dan memang benar Raskolnikov dikisahkan mengalami banyak tekanan psikologis akibat kemiskinan. 

Aku menemukan novel ini setelah melihat tayangan TED-ed yang berjudul “Why we should read Crime and Punishment?” Aku pun memutuskan untuk membaca buku yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia tebalnya sekitar 480 halaman dan aku hampir-hampir tidak ingin berhenti membacanya. Ceritanya sangat mengalir dan penuh kejutan.  Para tokoh yang dihadirkan mempunyai karakter yang sangat kuat dan sangat kritis pada kondisi di sekitarnya.  

Kalimat awal novel ini menampilkan dengan suasana ketakutan Raskolnikov saat hendak keluar dari kamar dengan mengendap-endap, agar tak ketahuan ibu kos yang sangat galak. Kondisi kamar Raskolnikov yang digambarkan sangat berantakan dimana baju-baju bertumpukan di sofa dan debu-debu mengerak di atas meja cukup untuk menggambarkan kondisi psikis yang sedang tidak baik.

Raskolnikov juga terbebani oleh isi surat dari ibu dan adik perempuannya yang bilang sangat bergantung sepenuhnya pada dirinya  dan rela melakukan bahkan mengorbankan apa saja agar hidup Raskolnikov lebih baik. Sementara, saat itu posisinya sebagai mahasiswa yang putus kuliah dan terjepit masalah ekonomi, menambah tekanan mental tersendiri bagi Raskolnikov. Alyana Ivanovna adalah tokoh yang dibunuh Raskolnokov, dia adalah ibu kos yang gemar menerima jaminan barang dari mahasiswa yang tidak punya uang seperti Raskolnikov dan mahasiswa-mahasiswa yang terjepit hutang dari Ivanovna tak akan bisa lagi berkutik, seluruh perekonomiannya berantakan dan hutangnya banyak. Raskolnikov sendiri menunggak pembayaran uang kos selama 4 bulan dan telah menjaminkan barang berharga yang ia miliki. Dampak kemiskinan, keputusasaan, kejengkelan akan kemelaratan dan kegagalan hidupnya tampak terlihat pada kondisi kejiwaannya saat itu.

Karya ini benar-benar cocok untuk pembaca yang menyukai genre psikologi dan detektif. Saat membaca novel ini kita seakan-akan digiring untuk ikut merasakan pergulatan batin Raskolnikov sebelum dan sesudah pembunuhan yang ia rancang untuk Alyona Ivanovna. Hingga akhir novel Raskolnikov tak pernah merasa menyesali kejahatannya karena percaya bahwa apa yang ia lakukan akan membawa kebaikan untuk orang banyak meskipun ia harus menumpahkan darah seseorang. 

Dalam pikiran Raskolnikov manusia dibagi menjadi 2 kategori yaitu orang inferior (orang biasa yang tugasnya cuma untuk mereproduksi makhluk sejenis) dan orang besar yang dianugerahi kemampuan untuk mengabarkan sabda-sabda baru. Orang inferior menurutnya layak untuk dikendalikan, sementara orang yang kedua adalah orang yang berada di atas hukum. Menurutnya jika untuk mewujudkan cita-cita itu harus memaksanya untuk mengarungi lautan darah, maka ia berhak untuk melakukannya. Diposisi ini Raskolnikov membayangkan bahwa dirinya bisa saja merupakan orang besar yang demi kepentingan umat manusia, untuk melenyapkan penghalang dengan cara merampok atau membunuhnya.

Sangat mengerikan membaca pemikian Rodya yang seperti ini makanya Razumini langsung memotongnya dengan mengatakan “Kamu serius, Rodya? Itu artinya kamu menyetujui pertumpahan darah yang dilakukan atas nama suatu keyakinan, suatu fanatisme. Sangat menakutkan pertumpahan darah semacam itu …. Lebih mengerikan ketimbang pembantaian yang dilakukan secara legal dan diakui undang-undang …. ” 

Setelah kejadian pembunuhan itu berhasil Raskolnikov lakukan, ia jadi sering terlihat seperti orang gila. Dia mendatangi lagi flat wanita tua, menanyakan tentang darah yang tergenang, dan membunyikan bel berulang kali. Disini tampak sangat terlihat dampak psikologis seseorang yang melakukan kejahatan.

“Ia melangkah ke luar, tubuhnya gemetar karena histeris; sepertinya ada semacam kegairahan yang meledak-ledak di hatinya. Keletihannya meningkat. Kejutan sekecil apapun bisa langsung merangsang energinya, namun kekuatannya melemah sesaat setelah rangsangan itu berlalu.” (130) 

Kita dapat menemukan motif dibalik pembunuhan yang dilakukan Rodya (200-205) setelah Porfiry (detektif polisi) memancingnya dengan berbagai pertanyaan tentang sikapnya pada kejahatan. Selanjutnya kita akan bertemu dengan pengakuan langsung Raskolnikov, bahwa seorang penjahat seidealis apa pun dia atas keyakinannya akhirnya akan menderita karena kesalahannya.

“…. meskipun dia punya keyakinan, dia akan tetap menderita karena kesalahannya. Itulah hukumannya; dan itu sama buruknya seperti penjara.” (206)

 

Novel ini juga mengajarkan tentang pandangan Sonia soerang pelacur muda tentang bunuh diri bagi dirinya. Sonia adalah gadis muda 20 tahun yang terpaksa menjual diri agar ibu tiri dan ketiga adiknya tidak mati kelaparan, sementara bapaknya adalah orang yang gemar mabuk-mabukan sehingga ia merasa harus bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Tokoh-tokoh inti dalam novel ini memang banyak berada di posisi yang sulit. Sehingga, tekanan lingkungan dan kondisi psikis yang tidak stabil yang melatar belakangi tindak kejahatan dan bunuh diri dihadirkan secara nyata dihadapan kita dan kita akan merasa tidak punya kuasa untuk mencegah kengerian-kengerian yang akan terjadi selanjutnya.

“….. kamu memang banyak melakukan dosa, dan dosamu yang terbesar adalah menghancurkan dan mengkhianati dirimu sendiri tanpa mendapatkan apa-apa. Bukankah itu menakutkan? Kamu hidup di tengah sampah yang membuatmu jijik, namun pada saat yang sama kamu menyadari bahwa tanpanya kamu tak bisa berbuat apa-apa. … ” kalimat paradox yang dilontarkan Raskolnikov pada Sonia atas kondisi hidupnya dan mempertanyakan lagi kenapa ia harus hidup. 

Tokoh Sonia inilah yang nantinya mengantarkan Raskolnikov memahami apa arti hidup dan tanggung jawab. Bahwa cintanya lah yang berhasil mengantarkan Raskolnikov pada pencerahan. Jiwanya yang mati dan dingin tanpa sentuhan cinta menjadi berubah. Sonia merengkuh sisi kelam dan paling gelap Raskolnikov dan mengantarnya menuju cahaya.  Raskolnikov menyerahkan diri kepada polisi tanpa pernah mencoba untuk membela diri dan bahkan malah membesar-besarkan kesalahannya sendiri. Hal itulah yang menjadikan hakim melihat ada yang tidak beres dengan kondisi jiwanya ketika melakukan kejahatan, akhirnya ia divonis 8 tahun kerja paksa di penjara kelas dua Siberia.

Jika kau mau membaca perjalanan hidup Dostoyevksy maka kau akan bisa melihat bahwa Raskolnikov memiliki sebagian besar pengalaman Dostoyevsky sendiri. Sangat menarik dan benar-benar bagus novel ini. Ada satu kutipan dialog batin Raskolnikov tentang hidup yang membuatku sangat mengerti arti hidup dan ini juga dikatakan oleh Dostoyevski ketika akan dipenjara di Siberia sementara temannya yang lain telah di vonis mati dihadapannya sendiri, seperti ini kutipannya:

“Dimana pernah kubaca tentang seseorang yang divonis mati yang berkata atau berpikir, satu jam sebelum kematiannya, bahwa jika ia hidup di atas batu karang yang terjal, di atas pijakan sempit yang cuma muat untuk berdiri, atau di tengah lautan yang dikelilingi kegelapan dan kesunyian abadi, jika ia harus hidup di tempat sempit itu sepanjang hidupnya, maka hidup yang semacam itu jauh lebih baik dibanding mati! Cuma untuk hidup, untuk hidup, untuk hidup! Dia benar! Benar!”


Novel ini memang layak untuk dibaca. Percayalah, kalian tidak akan menyesal menghabiskan waktu untuk menikmati setiap alur cerita dalam novel ini.

Label: , ,

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda