Selasa, 09 Maret 2021

Mug

Mug putih itu masih tergeletak di atas meja tidak bergeser sedikitpun seperti terakhir kali aku meletakkannya kemarin, sementara sekarang sudah pagi lagi dan aku sedang berencana menuangkan susu jahe yang sama ke dalamnya lagi. Seketika bayangan tentang apa yang kulakukan kemarin dan juga hari2 kemarinnya mengabur. Seolah-olah kejadian dalam hidup ini berlalu begitu cepat hingga tak sempat kugapai maknanya. 

Aku tak butuh satu sebab untuk membuat suasana hatiku tiba2 memburuk. Seandainya dalam suatu kasus ada satu sebab yang layak menjadi alasanku untuk murung sekalipun hanya akan semakin memperburuk perasaanku ke titik yang lebih ekstrem untuk berhari-hari ke depan. Kau akan menemukanku termenung, tidur di kasur seperti orang yang tak lagi diinginkan siapapun. Soelah-olah layar drama sedang dimainkan untukku, air mata tumpah bahkan untuk sebab yang seharusnya sudah tak perlu lagi ditangisi. 


Aku bertanya-tanya bagaimana rasanya hari-hari yang dijalani oleh mereka yang begitu percaya diri dengan hidupnya. Hingga mengabaikan perasaan orang lain serasa berkotbah masa lalu tidak perlu lagi kau sesali, atau kau akan menderita. Dengan polosnya mengumandangkan betapa beruntungnya mereka dari orang lain. Sementara ada segolongan orang yang bahkan untuk menemukan alasan kenapa harus hidup pun kesulitan. Mereka tak punya pilihan ketika masa lalu menampar mereka lagi dan lagi dengan cara yang sedikit lebih kejam, tanpa perlu sayatan apalagi luka tampak untuk membuat mereka terus menyadari bahwa jiwanya berdarah. Memori menyakitkan akan terus bersama mereka seperti hantu gentayangan yang gemar menghisap daya hidup orang itu. 

Senin, 8 Maret 2021

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda