Rabu, 23 Juni 2021

Pertahanan Diri Lakukan dan Lupakan

Kau percaya bahwa eksistensimu di dunia ini sudah Tuhan catat bahkan sebelum semesta diciptakan? Kau percaya lembar-lembar kisah yang tertulis di Lauhul Mafhudz itu ada? Aku percaya.

Jika demikian skenarionya, maka akan menjadi sebuah kejelasan bahwa yang perlu kau lakukan di dunia ini hanya menjalaninya. Menjalani dengan sepenuh hati, bukan malah menggugat Tuhan kenapa kau yang harus merasakan hidup seperti itu dari sekian juta makhluk di bumi. Apalagi malah terbersit pikiran bahwa kau tak layak hidup, sampah dan layak mati. Omong kosong, Tuhan telah memilihmu untuk menanggung semua gejolak kehidupan di pundakmu. Artinya yang perlu kau pahami adalah semua itu sementara dan akan berlalu juga berakhir ketika Tuhan mengatakan, "Tugasmu telah selesai." Selama mengunggu akhir dari semua itu, kau dilarang dengan tegas oleh Tuhan mengambil wewenangnya, yaitu mengambil nyawamu sendiri. Kau tak berhak atas dirimu bahkan nyawamu selain Tuhan. Jadi, jadilah makhluk yang sadar diri bahwa kuasamu hanya sebatas melakukan dan menjalani segala sesuatu dalam hidup betapapun menyebalkannya itu. 


Lalu apa yang kita butuhkan sebagai pertahanan diri? Kau bisa mulai membuat benteng di dalam dirimu. Jika kau sangat benci dan sebenarnya sangat tidak mau melakukan apapun dalam hidup. Yang perlu kau tanamkan di kepalamu adalah lakukan saja lalu anggap semuanya tak pernah terjadi. Perlahan namun pasti, aku akan sangat yakin kau bisa melihat segala kejadian di hidup ini seperti debu yang cepat berlalu begitu saja. Bukan menjadi sebuah beban abadi seperti yang kau pikirkan sebelumnya.


Juga pertahananmu berikutnya, janganlah mencoba membandingan bagaimana cerita hidup orang lain dengan hidupmu karena itu tak akan memberimu apapun selain rasa cemas yang membuncah. Kau tak akan rugi apapun hanya dengan tidak peduli pada kehidupan orang yang kau anggap sempurna. Semua yang mereka perlihatkan di sosial media hanya akan membuatmu semakin mengerti kalau yang kau lakukan dengan stalking/penasaran tentang hidup mereka adalah sebenar-benarnya toksik.


Mulailah belajar untuk terhubung dengan dirimu. Berbincanglah dengannya, apa yang dia sukai dan tidak disukainya. Lakukan itu untuknya dan jangan memaksanya untuk melakukan hal yang membuatnya terganggu. Kenali dirimu untuk kebahagiaan hidup kita.

Sabtu, 19 Juni 2021

Yang Sedang atau Telah Mati

 Apa sebenarnya "aku" telah mati sejak lama? Kau tanya padaku pagi ini, setelah sadar dan frustasi dengan semua kekacauan ini.  

Sekarang akan kukatakan yang sejujurnya padamu,

Selama ini yang kau perbuat adalah menipu diri bahwa kau mencoba tetap hidup.

Tak ada kemunafikan yang begitu menjijikkan saat akhirnya kau menyadari bahwa yang kau lakukan tak lebih dari seekor lembu yang dicocok hidungnya. Dan berpura-pura bahwa hidupmu berguna. Omong kosong macam apa ini? Kau bahkan tak pernah menginginkan semua hal itu. 

Katanya : "orang seperti kita akan mati jika tak punya mimpi"

Lalu mereka menunjukkan betapa perkasanya gagasan mimpi itu, sementara sekeras apapun kau berusaha memimpikan hal besar yang terjadi adalah kembali ke titik semula. Terhempas ke tanah berlumpur hingga kepala dan sibuk merangkak-rangkak mencari pegangan. 

Kau tak punya mimpi.

Kau hanya mencoba hidup karena mereka menginginkan kau tetap hidup memikul harapan-harapan mereka.

Dan kau? sebenarnya telah mati perlahan-lahan!

Menyedihkan sekali. Aku turut berduka atasmu. 

Sekarang terserah padamu, apakah kau mau terus mati dalam hidup selamanya? 

Pikirkanlah baik-baik kata-kataku.

Berhenti menjadi lemah dan jadilah pemberani. 

Karena tak ada yang bisa menolongmu atau merubah keadaanmu selain dirimu sendiri. Tidak psikolog, tidak psikiater bahkan tidak juga orang tuamu. Semua yang bisa kau kendalikan di hidupmu adalah kendalimu jadi jangan pernah mencoba memberikan hidupmu pada orang lain. Lakukan apapun yang membuatmu HIDUP itu satu-satunya cara agar tidak mati. Ubah keadaanmu dan jadilah manusia merdeka.

Seperti yang dikatakan Freire

Kelompok yang tertindas perlu berjuang untuk melakukan perubahan terhadap penderitaan yang mereka alami, bukannya menyerah begitu saja. Menyerah pada penderitaan adalah sebuah bentuk penghancuran diri, maka harus ada perubahan yang diyakini dan menggerakkan semangat. Hanya dengan keyakinan ini yang terus menggelora sampai saatnya berjuang, mereka dapat memiliki masa depan yang berarti, bukannya ketidak jelasan yang mengalienasi atau masa depan yang sudah ditakdirkan, namun menjadi tugas untuk membangun, dan ini sebutir benih kebebasan.

Kesadaran tumbuh dari pergumulan atas realitas yang di hadapi dan diharapkan akan menghasilkan suatu tingkah laku kritis dalam diri anak didik. 

Freire membagi 4 tingkatan kesadaran manusia yaitu:

1. Kesadaran Intransitif,di mana seorang hanya terikat pada kebutuhan jasmani tidak sadar akan sejarah dan tenggelam dalam masa kini yang menindas

2. Kesadaran Semi Intransitif,atau kesadaran magis, kesadaran ini terjadi pada masyarakat berbudaya bisu, di mana masyarakatnya tertutup. Ciri kesadaran ini adalah fatalistik. Hidup berarti hidup di bawah kekuasaan orang lain atau hidup dalam ketergantungan.

3. Kesadaran Naif,pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk mempertanyakan dan mengenali realitas, tetapi masih di tandai dengan sikap yang primitif dan naif, seperti: mengidentifikasikan diri dengan elite, kembali ke masa lampau, mau menerima penjelasan yang sudah jadi, sikap emosi kuat, banyak berpolemik dan berdebat tetapi bukan dialog.

4. Kesadaran Kritis Transitif,kesadaran kritis transitif di tandai dengan kedalaman menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak. Pembicaraan bersifat dialog. Pada tingkat ini orang mampu merefleksi dan melihat hubungan sebab akibat.

Kau masuk yang mana?

Kamis, 17 Juni 2021

Pada Dunia yang Hanya Terlukis Satu Warna

 Buruknya semua ini adalah kau sama sekali tidak memiliki gambaran tentang hubungan yang sehat itu seperti apa. Dalam benakmu hanya berisi kekerasan, lagu frustasi, dan tragedi karena begitulah sejak mula dunia digambarkan kepadamu oleh mereka. 

Dan cinta membuatmu bertanya-tanya seperti apa warnanya? Antara mereka yang mencintaimu dengan tulus tanpa mengharapkan apapun atau mereka yang "mencintaimu" dengan membuatmu memanggul segunung ekspektasinya di punggungmu. Lalu jika yang terjadi padamu adalah yang kedua, kau hanya akan menyadari bahwa hidup di dunia ini benar-benar menyakitkan. Untuk bisa membuatmu "diterima" kau menggadaikan dirimu untuk mendapat cinta mereka. Kau percaya bahwa cinta adalah seberapa keras kau rela berkorban untuk dicintai dan diakui. Dunia ini dan cinta tak lebih seperti hitam atau putih, meskipun dalam ceritaku yang lain aku akan secara romantik mengatakan bahwa ada ribuan warna dalam satu cinta. Kuharap aku segera menyadari dan merasakan ribuan warna cinta itu. Namun jujur, di dalam benakku yang terdalam sampai saat ini mereka hanya ada dua warna dan itu membuatku sering buntu mengartikan yang lainnya.

Kau tak akan pernah tahu keadaan dunia yang sebenarnya sampai kau pernah merasakan yang terburuk atau paling tidak terburuk menurut versimu karena kondisi buruk sangat relatif bagi setiap orang.

Ada golongan orang yang akan menilai orang lain dari "harga" nya. Betapa diskriminasi itu bisa bermacam macam wujudnya. Jika saat ini kita menggembar gemborkan diskriminasi bentuk tubuh, maka pelaku diskriminasi itu jangan dikira hanya berasal dari orang lain. Bahkan orang terdekat kitalah yang sering menggoreskan pandangan bahwa kita tak lebih baik dari orang lain dalam segi apapun. 

Rasanya sangat menyakitkan saat kita dijadikan pusat perhatian dengan mengatakan bahwa orang tua kita lebih bangga dan memilih saudara kita yang lain hanya karena lebih cantik dan lebih pintar. Budaya patriarki yang digambarkan dalam banyak novel klasik itu benar adanya dan aku sendiri melihat tepat di depan mataku bagaimana laki-laki merasa berkuasa dan perempuan tak ubahnya budak. Percayalah diskriminasi itu tetap ada sekeras apapun aktivis itu memperjuangkan kesetaraan.

Kecuali kedua belah pihak sudah sama-sama sepakat dengan keyakinan yang sama seperti yang diyakini segolongan orang dengan dalih bahwa pernikahan adalah memperbanyak keturunan sebanyak mungkin. Itu sudah jelas perempuan bersedia menjadi "mesin penghasil anak." Bukannya aku skeptis dengan pilihan hidup mereka. Aku justru menghargai keyakinan mereka, namun alangkah lebih baik jika ibunya itu punya basic pengetahuan yang baik. Tidak hanya sekedar basic ilmu agama yang menganjurkan segera menikah dan semacamnya. Dunia ini luas, ada banyak hal yang belum dijelajahi. Sayang sekali jika setiap perempuan yang keluar dari pondok itu seakan-akan telah di cuci otaknya untuk segera menikah dan menghasilkan keturunan sebanyak-banyaknya. 

Ada semacam harga untuk setiap individu. Aku tak tahu dengan jelas apa satuan untuk setiap harga itu. Jika kemarin ada orang korea yang menganggap orang indonesia menjijikkan, ya memang itu yang mereka lihat dari Indonesia. Anda bisa marah tapi marahmu itu hendaknya dijadikan semangat untuk meningkatkan hargamu di mata orang lain. Karena aku pun mengalami perasaan direndahkan dalam artian aku merasa kapasitasku sangat rendah, bahasa inggris sangat dasar, juga pengetahuan lain sangat minim, aku dianggap tidak layak untuk mengajar adikku sendiri matematika. Kau akan dinilai tidak layak jika terus seperti itu dan itu yang membuat hubunganku dengan ayahku sangat dingin. Aku menjaga jarak dan melindungi diri sebaik mungkin. Hingga suatu ketika beliau dipanggil dan aku hanya merasa harus menangis bukan karena kehilangan. 

Ibuku juga merasa telah kebas mentalnya sejak pernikahan itu. Bahkan tak bisa lagi menangis. Kau boleh menikah saat kau sudah menemukan identitasmu. Jika belum kau hanya akan dikendalikan oleh orang lain dan itu yang membuatmu tampak menyedihkan. Aku hanya kasihan pada anak-anaknya, yang seharusnya mendapat tempat hangat namun tidak bisa menemukan tempat semacam itu di rumah. Mereka masih satu rumah namun punya pertarungan masing-masing di kepalanya. Hanya butuh sedikit pemicu untuk membuat suasana tegang pecah jadi air mata yg seharusnya air mata itu tak perlu ditumpahkan jika masing-masing sudah paham konsekuensi sebuah pernikahan. Dulu aku merasa rumahku lah yang paling sempurna, namun nyatanya rumahku penuh dengan tangis bisu ibukku yang baru kuketahui akhir-akhir ini. 

Jangan membuat tindakan ceroboh dengan menceburkan diri dalam pernikahan hanya untuk menghindari masalahmu. Pernikahan bukan permainan, ada hirarki yang sewaktu-waktu bisa membuatmu sangat ingin kembali seorang diri. Pikirkan baik-baik sebelum melangkah. 

Juga pertanyaan apakah kau layak dicintai? Apa kau cukup layak untuk hidup di dunia? 

Akan kutunjukkan jalan untuk membuatmu perlahan menyadari betapa berharganya dirimu. Terlepas dari masa lalu yang hanya memberikanmu satu pilihan atau kenangan yang ingin kau harap tak pernah ada, aku menerimamu apa adanya.

Rabu, 16 Juni 2021

Reparenting

 Bagaimana caraku memulai ini? Telah kusadari betapa selama ini aku sangat membenci apapun di dunia, tidak bisa bersenang-senang, membenci pekerjaan, menghindari konflik, menghindari bertemu banyak orang, hanya ingin berkutat di zona nyaman, meskipun di satu sisi aku harus memaksa diriku keluar zona nyaman agar diterima masyarakat.

Aku ingin bercerita mengeluhkan kepada orang lain betapa tidak enaknya perasaan paradox ini, tapi aku tak menemukan satu namapun yang bisa kupercaya untuk sekedar mendengarkan keluhanku. Bagaimana aku bisa percaya pada orang lain saat mereka pun sebenarnya punya masalah sendiri-sendiri. Dan bisa jadi di depanmu mereka berusaha keras mendengarkanmu tapi di belakangmu mereka mengeluh tentang betapa cengengnya dirimu.

 Bagaimana aku percaya pada mereka saat suatu ketika kumintai tolong mereka mau melakukannya namun sambil memarahiku dan mengatakan betapa cerobohnya diriku, karena hal sepele begitu saja tidak bisa. Semua ingatan yang membuatku terhimpit juga terbiasa memendam semua kegelishaanku sendiri berasal dari memori masa kecilku. Apa aku punya teman? Apa sebenarnya definisi teman? Mereka hanya mau mendekatimu saat kau punya sesuatu yang bisa dimanfaatkan, jadi jangan harap kau bisa menunjukkan kelemahanmu pada mereka. Apalagi mengeluh, itu sangat menjijikkan. Begitulah yang selama ini tersimpan di memoriku. 

Bahkan untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis aku kesulitan. Kecurigaanku pada mereka karena aku beranggapan mereka terlalu berekspektasi padaku membuatku menarik diri dari semua hubungan itu. Hubungan itu membuatku lelah tapi sendiri juga sangat menyiksa.

Perasaan paradox, antara ingin dan tak ingin, atau antara cinta dan benci, seperti area kelabu yang menjadi tempatku hidup selama ini. Aku menyadari ada yang tidak beres, ada persoalan yang harus diselesaikan. Tuhan pasti punya rencana membuatku hadir di dunia ini, hidup di keluarga ini. Aku menyadari ada tanggung jawab yang harus kuselesaikan selama aku hidup. Ayahku hidup dalam trauma masa kecil warisan nenekku. Sementara ibuku mengalami pengabaian emosi sejak kecil karena nenekku tak pernah hadir sebagai sosok ibu dan kakekku juga terlalu sibuk dengan urusan pekerjaannya bahkan bulikku tidak pernah digendong waktu kecil. 

Saranku bagi kalian yang merasa masih punya luka masa kecil sembuhkan dulu dirimu. Jangan menjadi orang egois yang hanya akan membuat anakmu tersiksa. Tentu saja orang tuaku telah mengusakan yang terbaik dari semua yang mereka bisa, meski tanpa pengetahuan tentang cara menangani trauma masa kecil yang mereka alami. Mereka tidak menyadari ada hal yang  mempengaruhi mereka dalam mendidik anak ternyata sama seperti apa yang mereka terima dari orang tuanya dulu. Mereka tidak salah mereka hanya korban dari rantai trauma ini. Meskipun sangat sulit, peranku disini yang menentukan masa depanku dan generasi yang akan datang. Generasi setelahku, anak-anakku dan seterusnya. Terdengar cukup beralasan bukan? haha.. Ya semua kesadaran ini terlintas di kepalaku dengan sendirinya, mungkin inilah kenapa manusia diperintahkan menggunakan akalnya untuk membaca tanda dan merubah keadaan.😅

Salam bahagia

Senin, 14 Juni 2021

A Journey to Find Balance

 Perjalanan ini mungkin tak akan mudah. Tapi aku sadar bahwa keberadaanku di dunia adalah untuk menemukan keseimbangan di tengah kekacauan perasaan ini. Anggap saja ini adalah sebuah misi untuk menyembuhkan diri atau lebih tepatnya berdamai dengan diri sendiri. 


Selalu memantau semua pikiran yang terlintas di pikiranku, karena sangat mudah sekali bagiku untuk terdistraksi. Jadi semua yang terlintas di benakku harus diawasi.

Jumat, 11 Juni 2021

Expert of Depression : Michael D. Yapko

You're are the only one who can manage yourself.

No mood expert that I know of would ever talk about curing depression.

The goal is to learn how to manage your moods. 

These are things you have to manage every day of your life and managing your mood requires the skill.

Learning how to manage that aspect of yourself is a critically important.