Kita hanya butuh sedikit waktu
Bahkan bunga dan tanaman pun membutuhkan waktu untuk menjadi cantik.
Aku melihat tanaman yang dimiliki oleh pecinta tanaman tropis yang rumahnya dipenuhi tanaman, ah sangat hijau dan menyejukkan. Lalu aku tergerak untuk mengikutinya. Aku sudah membeli sejumlah tanaman baik yang di online shop ataupun di toko tanaman. Ketika baru-baru ini kulihat toko tanaman itu sudah tutup, padahal aku punya keinginan untuk membeli tanaman yang belum sempat kubeli disitu. Dalam perjalanan pulang hari itu aku sempat menulis sajak tentang perasaanku yang masih sama seperti setahun yang lalu.
Sampai hujan Bulan Oktober turun lagi dan tak terasa penjual bunga dan anak lelakinya telah pergi. Aku bertanya-tanya ketika kulihat bunga ekor kucing digantung depan rumah semetara tetes hujan meninggalkan jejak diantara bunga-bunganya. Aku tak membelinya waktu itu, dan sekarang aku sudah punya sendiri bunga yang sama.
Juga pegagan yang digantung itu?
Aku tak bisa lagi memintamu untuk membangunkanku di akhir bulan September karena aku sudah berada di pertengahan bulan Oktober. Rasanya memalukan saat aku lebih suka hujan di Bulan Desember yang selalu meneteskan kesenduan.
Pantaskah aku meminta hati yang tak pernah merasa muram padahal sejak semula hanya keresahan yang kutanam.
Ajari aku menulis kisah bahagia kasih. Jika aku tak mampu menggerakkan tangan tuk menulis kisah manis. Hati dan tanganku terbiasa memaknai kesendirian.
Ketika aku melihat tanamanku, mereka terus bertumbuh setiap hari. Sebuah tanaman kecil yang dikirim jauh dari luar pulau Jawa. Layu, stress, tapi terus kurawat riap hari karena aku percaya mereka butuh waktu untuk menjadi dewasa. Setelah hampir setahun mereka benar-benar tumbuh mengagumkan. Bukankah aku sama dengan tanamanku itu?
Aku sadar dalam rentang waktu untuk menjadi cantik dan dewasa, tanaman itu perlu waktu, perlu melalui masa-masa sulit, pernah mengalami keadaan seperti akan mati, diserang hama, ataupun kekeringan. Aku punya tanaman yang sekarat akibat stres setelah melalui perjalanan panjang dari toko bunga di Bogor, namun yang lainnya bertahan. Aku terus membiasakan diri untuk merawat tanaman-tanamanku sesulit apapun kondisiku, karena akupun merasa sangat malas setiap hari menyiram tanamna apalagi di sini temperatur udaranya sangat panas dan kering. Membiasakan untuk menyiram tanaman yang airnya diambil dari sumur butuh banyak kemauan untuk melakukannya. Dan aku memutuskan untuk mau merawatnya.
Dari sana aku belajar bahwa pada awalnya semua akan terasa menyakitkan namun sesakit apapun keadaanmu teruslah berikhtiar untuk menyembuhkan luka. Meskipun aku tahu itu sama sekali mudah untuk diucapkan daripada dilakukan, namun aku telah memutuskan untuk mau merawat diriku sama seperti merawat tanaman yang hampir sekarat.
Aku sama seperti tanaman-tanaman itu dan kita sama-sama makhluk Tuhan yang saling membutuhkan. Sekalipun untuk menyembuhkan diri butuh waktu hitungan tahun, juga sekelumit ingatan yang terus menggores kembali, disini kegigihanmu sebagai manusia diuji. Aku tidak akan menyerah denganmu.
Aku akan memperjuangkanmu dalam kesakitan yang kau rasa, tak ada yang kulakukan selain mencoba menjadi dirimu yang merintih kesakitan lalu aku datang untuk menutup lubang di sekujur tubuhmu. Kupeluk erat tubuhmu dalam gigil yang manis. Aku percaya kita bisa sembuh.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda