Di ingatan panjangnya
Aku menguping ingatan panjang sepasang kekasih di sudut taman itu, secuil percakapan berhasil aku curi darinya. Mungkin aku berdosa sekarang, tapi yakinlah aku mencurinya untukmu, agar kelak dapat kusampaikan kebenaran yang selalu kita perselisihkan. Kau mau baca? Kira-kira seperti ini, salah satu dari mereka berkata:
"Aku menulis tentang mimpiku di langit-langit kamar agar saban aku terbangun aku mengingatnya sebagai pekerjaan rumah yang harus kutuntaskan, aku menulis mimpiku di jalan-jalan kota agar setiap pijakku selalu berjalan diatasnya, aku menulis mimpiku di tanah milik rakyat agar setiap yang dimakamkan didalamnya akan tumbuh menjadi peringatan dini atas bahaya waktu yang mengejar-ngejar usiaku sebelum aku mampu mewujudkannya.
"Aku menulis tentang mimpiku di langit-langit kamar agar saban aku terbangun aku mengingatnya sebagai pekerjaan rumah yang harus kutuntaskan, aku menulis mimpiku di jalan-jalan kota agar setiap pijakku selalu berjalan diatasnya, aku menulis mimpiku di tanah milik rakyat agar setiap yang dimakamkan didalamnya akan tumbuh menjadi peringatan dini atas bahaya waktu yang mengejar-ngejar usiaku sebelum aku mampu mewujudkannya.
Aku tak pernah hidup dalam impian, aku hanya kehilangan pintu membuka kenyataan."
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda