Novel karya Dostoyevsky paling popular yang
berjudul Crime and Punishment ini akan mengajak kita menyelami
petualangan psikologis Raskolnikov (Rodya) yang merancang dan melakukan pembunuhan
untuk mewujudkan keyakinannya akan dunia yang lebih baik dengan cara membunuh. Cukup
menantang dan membuat otak berpikir keras, tentang apa sebenarnya yang
sebenarnya terjadi pada kejiwaan pelaku. Dalam novel ini kita akan dikenalkan
dengan istilah kasus psikologi Homicidal mania. Homicidal mania adalah
suatu kasus pembunuhan yang dilakukan tanpa motif untuk mengambil harta korban
bahkan pelakunya tidak mengambil sepeserpun harta korban. Kejahatan semacam itu hanya mungkin dilakukan
dalam kondisi kejiwaan yang sedang kacau dan memang benar Raskolnikov
dikisahkan mengalami banyak tekanan psikologis akibat kemiskinan.
Aku menemukan novel ini setelah melihat
tayangan TED-ed yang berjudul “Why we should read Crime and Punishment?”
Aku pun memutuskan untuk membaca buku yang telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia
tebalnya sekitar 480 halaman dan aku hampir-hampir tidak ingin berhenti
membacanya. Ceritanya sangat mengalir dan penuh kejutan. Para tokoh yang dihadirkan mempunyai karakter
yang sangat kuat dan sangat kritis pada kondisi di sekitarnya.
Kalimat awal novel ini menampilkan dengan
suasana ketakutan Raskolnikov saat hendak keluar dari kamar dengan
mengendap-endap, agar tak ketahuan ibu kos yang sangat galak. Kondisi kamar
Raskolnikov yang digambarkan sangat berantakan dimana baju-baju bertumpukan di
sofa dan debu-debu mengerak di atas meja cukup untuk menggambarkan kondisi
psikis yang sedang tidak baik.
Raskolnikov juga terbebani oleh isi surat
dari ibu dan adik perempuannya yang bilang sangat bergantung sepenuhnya pada
dirinya dan rela melakukan bahkan mengorbankan
apa saja agar hidup Raskolnikov lebih baik. Sementara, saat itu posisinya
sebagai mahasiswa yang putus kuliah dan terjepit masalah ekonomi, menambah
tekanan mental tersendiri bagi Raskolnikov. Alyana Ivanovna adalah tokoh yang
dibunuh Raskolnokov, dia adalah ibu kos yang gemar menerima jaminan barang dari
mahasiswa yang tidak punya uang seperti Raskolnikov dan mahasiswa-mahasiswa
yang terjepit hutang dari Ivanovna tak akan bisa lagi berkutik, seluruh
perekonomiannya berantakan dan hutangnya banyak. Raskolnikov sendiri menunggak
pembayaran uang kos selama 4 bulan dan telah menjaminkan barang berharga yang
ia miliki. Dampak kemiskinan, keputusasaan, kejengkelan akan kemelaratan dan
kegagalan hidupnya tampak terlihat pada kondisi kejiwaannya saat itu.
Karya ini benar-benar cocok untuk pembaca
yang menyukai genre psikologi dan detektif. Saat membaca novel ini kita
seakan-akan digiring untuk ikut merasakan pergulatan batin Raskolnikov sebelum
dan sesudah pembunuhan yang ia rancang untuk Alyona Ivanovna. Hingga akhir
novel Raskolnikov tak pernah merasa menyesali kejahatannya karena percaya bahwa
apa yang ia lakukan akan membawa kebaikan untuk orang banyak meskipun ia harus menumpahkan
darah seseorang.
Dalam pikiran Raskolnikov manusia dibagi
menjadi 2 kategori yaitu orang inferior (orang biasa yang tugasnya cuma untuk
mereproduksi makhluk sejenis) dan orang besar yang dianugerahi kemampuan untuk
mengabarkan sabda-sabda baru. Orang inferior menurutnya layak untuk
dikendalikan, sementara orang yang kedua adalah orang yang berada di atas hukum.
Menurutnya jika untuk mewujudkan cita-cita itu harus memaksanya untuk
mengarungi lautan darah, maka ia berhak untuk melakukannya. Diposisi ini
Raskolnikov membayangkan bahwa dirinya bisa saja merupakan orang besar yang
demi kepentingan umat manusia, untuk melenyapkan penghalang dengan cara
merampok atau membunuhnya.
Sangat mengerikan membaca pemikian Rodya
yang seperti ini makanya Razumini langsung memotongnya dengan mengatakan “Kamu
serius, Rodya? Itu artinya kamu menyetujui pertumpahan darah yang dilakukan
atas nama suatu keyakinan, suatu fanatisme. Sangat menakutkan pertumpahan darah
semacam itu …. Lebih mengerikan ketimbang pembantaian yang dilakukan secara
legal dan diakui undang-undang …. ”
Setelah kejadian pembunuhan itu berhasil Raskolnikov
lakukan, ia jadi sering terlihat seperti orang gila. Dia mendatangi lagi flat
wanita tua, menanyakan tentang darah yang tergenang, dan membunyikan bel
berulang kali. Disini tampak sangat terlihat dampak psikologis seseorang yang
melakukan kejahatan.
“Ia melangkah ke luar, tubuhnya gemetar
karena histeris; sepertinya ada semacam kegairahan yang meledak-ledak di
hatinya. Keletihannya meningkat. Kejutan sekecil apapun bisa langsung
merangsang energinya, namun kekuatannya melemah sesaat setelah rangsangan itu
berlalu.” (130)
Kita dapat menemukan motif dibalik
pembunuhan yang dilakukan Rodya (200-205) setelah Porfiry (detektif polisi)
memancingnya dengan berbagai pertanyaan tentang sikapnya pada kejahatan. Selanjutnya
kita akan bertemu dengan pengakuan langsung Raskolnikov, bahwa seorang penjahat
seidealis apa pun dia atas keyakinannya akhirnya akan menderita karena
kesalahannya.
“…. meskipun dia punya keyakinan, dia akan
tetap menderita karena kesalahannya. Itulah hukumannya; dan itu sama buruknya
seperti penjara.” (206)
Novel ini juga mengajarkan tentang
pandangan Sonia soerang pelacur muda tentang bunuh diri bagi dirinya. Sonia
adalah gadis muda 20 tahun yang terpaksa menjual diri agar ibu tiri dan ketiga
adiknya tidak mati kelaparan, sementara bapaknya adalah orang yang gemar
mabuk-mabukan sehingga ia merasa harus bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Tokoh-tokoh
inti dalam novel ini memang banyak berada di posisi yang sulit. Sehingga,
tekanan lingkungan dan kondisi psikis yang tidak stabil yang melatar belakangi
tindak kejahatan dan bunuh diri dihadirkan secara nyata dihadapan kita dan kita
akan merasa tidak punya kuasa untuk mencegah kengerian-kengerian yang akan
terjadi selanjutnya.
“….. kamu memang banyak melakukan dosa, dan
dosamu yang terbesar adalah menghancurkan dan mengkhianati dirimu sendiri tanpa
mendapatkan apa-apa. Bukankah itu menakutkan? Kamu hidup di tengah sampah yang
membuatmu jijik, namun pada saat yang sama kamu menyadari bahwa tanpanya kamu
tak bisa berbuat apa-apa. … ” kalimat
paradox yang dilontarkan Raskolnikov pada Sonia atas kondisi hidupnya dan
mempertanyakan lagi kenapa ia harus hidup.
Tokoh Sonia inilah yang nantinya
mengantarkan Raskolnikov memahami apa arti hidup dan tanggung jawab. Bahwa
cintanya lah yang berhasil mengantarkan Raskolnikov pada pencerahan. Jiwanya yang
mati dan dingin tanpa sentuhan cinta menjadi berubah. Sonia merengkuh sisi
kelam dan paling gelap Raskolnikov dan mengantarnya menuju cahaya. Raskolnikov menyerahkan diri kepada polisi
tanpa pernah mencoba untuk membela diri dan bahkan malah membesar-besarkan
kesalahannya sendiri. Hal itulah yang menjadikan hakim melihat ada yang tidak
beres dengan kondisi jiwanya ketika melakukan kejahatan, akhirnya ia divonis 8
tahun kerja paksa di penjara kelas dua Siberia.
Jika kau mau membaca perjalanan hidup
Dostoyevksy maka kau akan bisa melihat bahwa Raskolnikov memiliki sebagian
besar pengalaman Dostoyevsky sendiri. Sangat menarik dan benar-benar bagus
novel ini. Ada satu kutipan dialog batin Raskolnikov tentang hidup yang membuatku
sangat mengerti arti hidup dan ini juga dikatakan oleh Dostoyevski ketika akan
dipenjara di Siberia sementara temannya yang lain telah di vonis mati
dihadapannya sendiri, seperti ini kutipannya:
“Dimana pernah kubaca tentang seseorang
yang divonis mati yang berkata atau berpikir, satu jam sebelum kematiannya,
bahwa jika ia hidup di atas batu karang yang terjal, di atas pijakan sempit
yang cuma muat untuk berdiri, atau di tengah lautan yang dikelilingi kegelapan dan
kesunyian abadi, jika ia harus hidup di tempat sempit itu sepanjang hidupnya,
maka hidup yang semacam itu jauh lebih baik dibanding mati! Cuma untuk hidup,
untuk hidup, untuk hidup! Dia benar! Benar!”
Novel ini memang layak untuk dibaca. Percayalah, kalian tidak akan menyesal menghabiskan waktu untuk menikmati setiap alur cerita dalam novel ini.
Label: Behavior, Psikologi, Sastra